Jihad Kalahkan Revolusi Seks Bebas

Oleh; Abdul Wahid, Dekan Fakultas Hukum Unisma Malang, visitor pada International Islamic University of Malaysia (IIUM)

Problem besar dewasa ini yang dikategorikan sebagai salah satu penyakit sosial (social desease) dan budaya yang mengakibatkan buramnya potret kehidupan manusia dan peradabannya adalah seks bebas. Penyakit ini tidak hanya menimpa manusia dewasa, tetapi juga remaja serta anak-anak remaja dan bahkan yang masih terbilang di bawah umur.

Mereka terjebak dalam pemenuhan kepentingan hawa nafsu secara anomali (tidak wajar dan melanggar norma-norma). Ironisnya lagi, penyakit moral ini makin lama makin dianggap sebagai bagian dari gaya hidup normal oleh sebagian kelompok sosial. Demoralisasi ditempatkan sebagai konsekuensi logis dari sebuah perubahan besar yang menuntut risiko dan pengorbanan.

Pergaulan bebas dan seks bebas (free sex) merupakan salah satu ciri global dan hedonisme kebudayaan Barat, kebudayaan orang-orang yang steril dari basis keberimanan (teologis) atau keluar dari doktrin keadaban agung. Mereka yang terlibat gaya hidup demikian sebatas mengikuti irama kiblat menyenangkan dan memuaskan, dan bukan kultur mendamaikan dan menyelamatkan peradaban. Yang selalu atau sering diburu adalah kepuasan biologis, meski akibat oportunisme pemuasan ini menuntut pertaruhan nyawa banyak pihak.

Belakangan ini pergaulan bebas dan seks bebas di negeri ini juga menjadi ancaman yang sangat serius bagi masyarakat Indonesia yang menyebut dirinya sebagai masyarakat Muslim terbesar di muka bumi (the biggest Moslem community in the world). Pergaulan bebas antara pria dan wanita sangat membahayakan. Kebiasaan berdua-duaan manusia yang berlainan jenis akan mengundang dorongan seksual.

Sigmund Freud, seorang ahli psikoanalisis, pernah mengemukakan bahwa dalam diri manusia pada dasarnya terdapat libido dasar berahi yang tidak dapat dirasakan karena terletak dalam alam bawah sadar, di mana manusia sendiri amat lemah terhadap daya tarik yang berhubungan dengan rasa berahi itu.

Penyebaran HIV-AIDS di Indonesia juga sangat luas karena mereka yang tertular virus ini sudah ditemukan di 189 kabupaten/kota di 32 provinsi. Jumlah yang tertular juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Tampaknya sangat sulit mengerem pertambahannya karena sumber penularan utama, yaitu hubungan seks secara bebas dan penggunaan narkoba memakai jarum suntik di negeri ini, dari tahun ke tahun makin meningkat (Wim Tangkilisan, 2008). Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN), pengguna narkotik dan obat-obatan berbahaya (narkoba) di kalangan pelajar dan mahasiswa di Indonesia cenderung meningkat.

Jauh-jauh hari, Dr. Kinsey pernah menerbitkan buku hasil penelitian bertajuk Sexual Behavior of the Human Fermale (Tingkah Laku Seksual Kaum Wanita). Dalam buku tersebut diceritakan bahwa 50 persen wanita-wanita sejak di bangku sekolah telah mengenal kehidupan seksual di luar nikah. Sebanyak 64 persen wanita yang telah bersuami dan bekerja di kantor sudah melakukan hubungan seksual sebelum nikah. Sebagai akibat yang mencolok ialah banyaknya anak-anak lahir tanpa diketahui siapa ayahnya, dan bukanlah suatu hal yang ganjil atau tabu kalau laki-laki menikahi wanita yang sedang hamil. Ini sungguh malapetaka.

George Harvard, sosiolog Amerika, dalam bukunya, Revolusi Seks, juga mengingatkan bahwa sekarang setelah otak kita tidak begitu khawatir dari bahaya nuklir, dunia pun tidak menghendaki umat manusia selalu resah yang disebabkan oleh seks dalam kehidupan kita sehari-hari. Manusia juga merasa terancam oleh berbagai serangan seks yang tidak putus-putusnya. Manusia sangat sibuk menghadapi kekuatan besar yang mungkin menimpanya yaitu serangan seks.

Jika hal itu tidak dibatasi dengan ancaman neraka, yang oleh sebagian penafsir disebut bencana besar, maka berbagai penyakit menular dan kehamilan di luar nikah menjadi kenyataan memilukan dan memalukan. Setiap hari berton-ton bom seks meledak yang mengakibatkan kerusakan masyarakat di semua lapisan. Ancaman bom seks lebih berbahaya daripada nuklir. Bahkan menurut sejarawan Arnold Toynbee, penyimpangan seks dapat menyebabkan runtuhnya peradaban.

Allah SWT sudah mengingatkan dengan jelas, “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang sangat buruk.” (Q.S. Al-Israa: 32)

Ayat tersebut sebenarnya sudah mengajarkan tentang kedudukan zina (adultey) atau praktik-praktik penyimpangan seksual. Dalam ayat itu ditegaskan manusia terlarang secara radikal melakukan, apalagi menyuburkan, perbuatan zina. Larangan keras ini tepat sekali jika dikaitkan dengan makna puasa, yang salah satunya diartikan sebagai bentuk gerakan moral (akhlak) atau jihad akhlak yang ditujukan untuk menjaga tegaknya keluhuran budi pekerti manusia dengan cara mencegah dan mengalahkan kecenderungan munculnya perilaku yang merugikan seperti kekejian penyimpangan seks.

Di dalam puasa, setiap manusia dituntut mengaktualkan dan mengembangkan akhlak terpuji, bergaul antarsesama, termasuk yang berlainan jenis dengan da-sar-dasar agama. Setiap bentuk perilaku manusia diberi harga pahala yang tinggi pada bulan ini. Pasalnya, pada bulan ini, manusia dituntut oleh-Nya untuk menjadi pelaku-pelaku yang suci dan menyucikan dirinya, termasuk mendidik atau mengalahkan syahwat destruksinya.

Kalau syahwat bisa dikendalikan, jagat masyarakat dan kehidupan berbangsa ini akan makin aman dan sehat dari ancaman kemaksiatan. Maraknya kekejian dan kemaksiatan seksual lebih disebabkan kegagalan manusia mengendalikan atau berjihad mendidik syahwatnya. Sayangnya, manusia jarang menyadari kalau sebenarnya horor yang paling top menakutkannya bukan elemen teroris saja, melainkan juga liberalisasi seks bebas.

Kerusakan masyarakat negeri ini makin marak terjadi lebih disebabkan kerusakan moral manusia-manusianya. Manusia senang dan arogan memilih perilaku yang justru potensial menghancurkan atau membunuh diri, anak, istri, dan bangsanya sendiri. Dalam ranah inilah kehadiran bulan Ramadhan menjadi terapi moral fundamental. Pasalnya, dalam bulan ini, manusia dituntut mengendalikan diri (self control), menguatkan daya imunitas ketahanan akhlak terpujinya, dan mengalahkan kecenderungan perilaku demoralisasinya. Pada bulan ini manusia dituntut menggerakkan segenap mesin moral dalam dirinya untuk mengalahkan tawaran, godaan, dan penetrasi yang mengajak dan menjebaknya jadi pelaku destruksi. (telah dipublikasikan di suara karya, 4/9/09)

Posting Terbarau

Kaum hawa identik dengan keindahan dan kecantikan. Berbagai upaya dilakukan untuk menambah kecantikan dan kepercayaan diri. Pasar dan produk kecantikan terus meluas dan berbagai teknologi dikembangkan untuk memenuhi permintaan mengoreksi ....

Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfudz MD menyakatan, Indonesia kesulitan menghadapi gerakan radikalisasi Islam. Munculnya gerakan ini perlu mendapat perhatian NU dan rakyat Indonesia.Hai itu disampaikanya usai mengahidiri Seminar Internasional 100 tahun KH Wahid Hasyim di Pondok Pesantren....

Kisruh yang terjadi dalam kongres PSSI membuat kalangan persepakbolaan negeri ini seakan diujung tanduk kehancuran, andai saja kongres yang akan kembali digelar di Solo nanti kondisinya tidak berubah sebagaimana kongres sebelumnya maka sangsilah yang akan dihadiahkan oleh FIFA kepada PSSI. Kondisi tersebut...